Dua tahun terasa sangat singkat. Tapi kalau dilihat dari perjuangan mempertahankan angka dua itu sangat berat.
Dua tahun, dua orang, dua hati, dua pemikiran, dua kejujuran, dua kebohongan.
Dua kejujuran dan dua kebohongan?? Benarkah hanya dua??
Jelas saja tidak.. Beratus- ratus kali kejujuran dan usaha untuk jujur. Sayangnya, kebohongan justru beribu- ribu kali, dan beribu- ribu kali terungkap dengan janji yang tidak bisa ditepati.
Tidak ingin mengingat dan tidak berharap untuk terlintas dalam pikiran ku tentang semua hal itu. Entah kenapa otak ku sendiri tidak pernah bisa diajak untuk berkompromi dalam hal ini. Sehari saja untuk tidak mengingat hal itu apa tidak bisa? Dan keterlaluan lagi, hati ku. Tidak bisa untuk tidak merasakan rasa sakit.
Hati ku ini terbagi menjadi beberapa ruang. Yang luasnya 60% untuk keyakinan ku terhadap Tuhan, 20% keyakinan ku terhadap orang yang aku cintai dan aku percayai, dan yang 20% untuk mimpi ku. Dulu, tiba- tiba 40% ruang itu jadi satu tanpa aku sadari. Menjadi sebuah rumus
Orang yang aku sayang + Mimpi- mimpi ku = Masa depan cerahRumus itu terus tertanam dan semakin kuat berakar. Sampai akhirnya setiap kebohongan demi kebohongan, kesalahan demi kesalahan seolah menjadi hal yang tidak dianggap dalam rumus itu. Semua sepintas lalu. "Sakit ya bodo amat, yang penting sama kamu ".
Kebohongan.. Selalu tertutup dengan rapi. Tapi entah kenapa aku selalu menemukan kebohongan itu..
Astagaaaaa!!!!! Sumpah, aku sama sekali tidak ingin mengingat detil tentang semua luka ku. Aku sakit, sangat sakit. Berusaha sangat baik dalam setiap keadaan. Berusaha nyaman dengan ketidak nyamanan.
Bahkan sampai mengingat bagaimana cara aku tersenyumpun, hanya rasa sakit yang aku dapat.
Mencintai mu, menjadi hal terindah, menyakitkan sekaligus memberikan trauma tersendiri.
Aku benar- benar merasa menjadi orang yang sangat bodoh saat kebohongan demi kebohongan itu terungkap. Rasanya sangat sakit. Mengingat bagaimana cara kau berusaha memperbaiki semua itu. Mengingat bagaimana cara kau menutupi kebohongan itu. Mengingat bagaimana cara kau melakukan semua itu. Dan mengingat bagaimana caranya sampai aku kembali mempercayaimu.
Sejak semua berakhir, aku masih saja dalam ruang penyesalan ku. Menyesal karna aku juga pernah berbohong, dan pernah menyakiti. Walau kalaupun ditelaah lebih lanjut, aku tidak pernah 100% salah dalam hal itu. Bukan membela diri, tapi itu memang keadaan dan kenyataan. Aku terus terpuruk dan berusaha memperbaiki, tapi ternyata itu tolol. Sangat tolol.
Aku memang mungkin sangat naif karna berfikir kau adalah satu- satunya orang yang bisa membuat mimpi- mimpi ku jadi nyata. Bersama mu, aku pikir semua akan lebih baik.
Tapi ternyata aku benar- benar salah. Bersamamu selama ini hanya berjuang sendiri untuk memiliki sebuah masa depan. Bersamamu hanya menjadi alat untuk kau melakukan hal- hal yang mungkin sangat membuatmu tertantang. Bersamamu, hanya menjadi boneka. Bersamamu hanya menjadi orang yang dapat kau sakiti. Bersamamu hanya menjadi anak kecil, yang begitu nangis karna dibohongi lalu dibelikan permen, maka lupa kalau pernah dibohongi.
Aku... Sekarang aku tidak lagi menyesal karna pernah melukaimu. Aku tidak lagi menyesal karna semua memang harus berakhir.
Aku, walau air mata ku masih terus mengalir karna mengingatmu, walau hati ku masih merasakan sakit yang luar biasa, walau aku masih sangat mencintaimu, aku benar- benar tidak menyesal karna hubungan ini berakhir.
Mungkin akan butuh proses yang lama untuk menyembuhkan rasa sakit ini. Tapi aku yakin sekarang. Kalau semua ini memang terbaik untuk ku.
Setapak demi setapak, pasti aku bisa. Sakit ini, beberapa hari, minggu, bulan, ataupun tahun, pasti akan menjadi hal yang biasa.
Ruang itu, sekarang 60% tetap untuk Tuhan, dan yang 40% sedang direnovasi. Dan semoga cepat selesai..
Aamiin.. Tuhan selalu bersama ku. Aku yakin.
Dan kau, pergilah yang jauh, perbaiki dirimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar